Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
Onong Uchjana Effendy
Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun
tidak langsung (melalui media).
Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5
(Lima) Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell Sat, 10/11/2007 – 6:54pm —
Rejals Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold Lasswell.
Komunikasi pada dasarnya merupakan
suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada
siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to
whom? with what effect?). (Lasswell 1960).
Raymond Ross
Komunikasi adalah proses menyortir,
memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar
membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan
oleh komunikator.
Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi saat satu sumber
menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku
mereka.
Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan
dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.
Carl I. Hovland
Komunikasi adalah suatu proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
New Comb
Komunikasi adalah
transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari
sumber kepada penerima.
Bernard Barelson & Garry A. Steiner
Komunikasi adalah proses transmisi
informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan
simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.
Colin Cherry
Komunikasi adalah proses dimana
pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama
dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus
rangsangan dan pembangkitan balasannya.
Definisi komunikasi : Menurut Forsdale
(1981) seorang ahli pendidikan terutama ilmu komunikasi : Dia menerangkan
dalam sebuah kalimat bahwa “communication is the process by which a system is
established, maintained and altered by means of shared signals that operate
according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem
dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang
dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
Analisis : Komunikasi adalah
sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam menyampaikan
pesan/rangsangan(stimulus) yang terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan
dua orang atau lebih. Dimana satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan,
mengubah isi dan makna, merespon pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya
di ruang publik. Dengan tujuan sang “receiver” (komunikan) dapat menerima
sinyal-sinyal atau pesan yang dikirimkan oleh “source” (komunikator).
William J. Seller
William J.Seller mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan,
diterima dan diberi arti.
Proses
Komunikasi
Proses
komunikasi
adalah bagaimana komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat
menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses
komunikasi
ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi
pada umumnya). Proses komunikasi,
banyak melalui perkembangan.
Proses
komunikasi
dapat terjadi apabila ada interaksi
antar manusia dan ada penyampaian pesan
untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses
komunikasi
adalah sebagai berikut :
2.
Penyandian.
3.
Pengiriman.
4.
Perjalanan.
5.
Penerimaan.
6.
Penyandian balik.
Penginterprestasian
Hal
yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi,
terjadi dalam diri komunikator.
Artinya, proses komunikasi
tahap pertama bermula sejak motif komunikasi
muncul hingga akal budi komunikator
berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan
(masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke
dalam pesan disebut interpreting.
Penyandian
Tahap
ini masih ada dalam komunikator
dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan
oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi.
Tahap ini disebut encoding,
akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi:
merubah pesan abstrak menjadi konkret.
Pengiriman
Proses
ini terjadi ketika komunikator
melakukan tindakan komunikasi,
mengirim lambang komunikasi
dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter,
alat pengirim pesan.
Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan
dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi
melalui peralatan jasmaniah komunikan.
Penyandian Balik
Tahap
ini terjadi pada diri komunikan
sejak lambang komunikasi
diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil
menguraikannya (decoding).
Penginterpretasian
Tahap
ini terjadi pada komunikan,
sejak lambang komunikasi
berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.
Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif :
1.
Perspektif
psikologis.
2.
Perspektif
mekanis.
Perspektif
Psikologis
Perspektif
ini merupakan tahapan komunikator pada proses
encoding, kemudian
hasil encoding
ditransmisikan kepada komunikan
sehingga terjadi komunikasi interpersonal.
Perspektif
Mekanis
Perspektif
ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan
dengan bahasa verbal/non verbal.
Komunikasi
ini dibedakan :
1.
Proses
komunikasi primer.
2.
Proses
komunikasi sekunder.
3.
Proses
komunikasi linier.
4.
Proses
komunikasi sirkular.
Proses
Komunikasi
Primer
Proses
komunikasi
primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media.
Proses
Komunikasi
SekunderProses Komunikasi Linier
Penyampaian
pesan
dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Proses
Komunikasi
Sirkular
Terjadinya
feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.
Kesimpulan adanya
proses komunikasi:
1.
Komunikasi bersifat
dinamis.
2.
Tahapan proses
komunikasi
bermanfaat untuk analisis.
3.
Proses
komunikasi dapat
terhenti setiap saat.
4.
Pesan
komunikasi tidak
harus diterima.
5.
Tindak
komunikasi merupakan
indikasi komunikasi.
ReferensiChristina, dkk., 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Tyastuti, dkk., 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.
Kata Kunci
proses komunikasi, proses terjadinya komunikasi, proses komunikasi adalah, komunikasi, komunikasi linier, komunikasi primer, proses komunikasi interpersonal, Jelaskan proses komunikasi, komunikasi sirkular, bagan proses komunikasi, komunikasi sekunder, proses komunikasi efektif, motif komunikasi, lambang komunikasi, proses komunikasi terapeutik, skema proses komunikasi, komonikasi dalam pelayanan kesehatan, tahapan proses komunikasi, proses komunikasi antar pribadi, bagaimana proses komunikasi antar pribadi terjadi, proses komunikasi primer, proses pembentukan komunikasi, skema komunikasi, Bagan proses berlangsungnya komunikasi, apa yang dimaksud dengan proses komunikasi.Saluran Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks. Konteks komunikasi yang telah dibahas pada modul-modul sebelumnya adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal Communication) dan komunikasi kelompok.Konteks komunikasi selanjutnya yang akan kita bahas adalah komunikasi organisasi.
Tindak komunikasi dalam suatu organisasi berkaitan dengan pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti apakah instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan atau pun bagaimana karyawan/bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan, memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan. Ini hanya satu contoh sederhana untuk memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, baik organisasi yang mencari keuntungan ekonomi maupun organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan.
Saluran Komunikasi Dalam Organisasi dan Peranan Komunikasi Informal
Ada tiga hal penting dalam mempelajari komunikasi yang terjadi
dalam suatu organisasi :
a. Informasi yang menjadi sumber komunikasi
b. Bagaimana proses komunikasi tersebut
c. Komunikasi antar orang dalam organisasi
Jika ketiga hal tersebut tidak banyak mengalami hambatan maka komunikasi dalam organisasi akan berjalan lebih berhasil sehingga pelaksanaan pencapaian tujuan menjadi lebih baik.
Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti ia mengalir dari wewenang yang lebih tinggi ke wewenang yang lebih rendah. Bentuk yang paling umum adalah instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijakan perusahaan, prosedur, pedoman kerja, dan pengumuman perusahaan.
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu :
1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja
2. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
3. Memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional
4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan
5. Meyajikan informasi mengenai aspek idiologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Namun di satu sisi, komunikasi ke bawah juga mengandung kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan artinya, informasi yang diterima bawahan tidak seperti aslinya. Davis memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut :
1. Pimpinan hendaklah sangggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terus terang dan berjanji akan mencarikannya
2. Pimipinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.
3. Pimpinan mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapt diharapkannya.
4. Berusaha membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi ke Atas
Kebutuhan akan komunikasi ke bawah sama banyaknya dengan jumlah komunikasi ke atas. Alat komunikasi ke atas yang sering digunakan secara luas terdiri dari kotak saran, rapat kelompok, laporan kepada penyelia, dan prosedur permohonan atau keluhan. Bentuk komunikasi ini biasanya tersendat-sendat dan tersaring. Setiap jenjang pimpinan enggan meneruskan masalah ke atas karea hal itu dapat dipadang sebagai pengakun kegagalan. Para pegawai biasanya cenderung hanya memberitahu atasan tentang hal-hal yang menurut mereka ingin didengar atasan. Jadi, setiap bawahan memiliki alasa untuk memilih, menafsirkan dan berbagai tindakan penyaringan informasi lainnya.
Komunikasi Horisontal
Tersedianya arus komunikasi horisontal sering kali dilupakan dalam sebuah desian organisasi. Komunikasi horisontal sangat penting bagi koordinasi dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian. Komunikasi dari teman sejawat ke teman sejawat sering kali diperlukan untuk mengadakan koordinasi dan dapat juga memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial.
Komuniksasi Diagonal
Jenis komunikasi ini jarang sekali dipergunakan, namun komunikasi diagonal adalah penting dalam penting dalam keadaan dimana para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain. Sebagian mungkin melibatkan tenaga penjualan yang mengirim laporan khusus langsung kepada pengawas keuanganan, dan tidak melewati jalur tradisional dalam departemen pemasaran.
a. Informasi yang menjadi sumber komunikasi
b. Bagaimana proses komunikasi tersebut
c. Komunikasi antar orang dalam organisasi
Jika ketiga hal tersebut tidak banyak mengalami hambatan maka komunikasi dalam organisasi akan berjalan lebih berhasil sehingga pelaksanaan pencapaian tujuan menjadi lebih baik.
Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti ia mengalir dari wewenang yang lebih tinggi ke wewenang yang lebih rendah. Bentuk yang paling umum adalah instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijakan perusahaan, prosedur, pedoman kerja, dan pengumuman perusahaan.
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu :
1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja
2. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
3. Memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional
4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan
5. Meyajikan informasi mengenai aspek idiologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Namun di satu sisi, komunikasi ke bawah juga mengandung kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan artinya, informasi yang diterima bawahan tidak seperti aslinya. Davis memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut :
1. Pimpinan hendaklah sangggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terus terang dan berjanji akan mencarikannya
2. Pimipinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.
3. Pimpinan mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapt diharapkannya.
4. Berusaha membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi ke Atas
Kebutuhan akan komunikasi ke bawah sama banyaknya dengan jumlah komunikasi ke atas. Alat komunikasi ke atas yang sering digunakan secara luas terdiri dari kotak saran, rapat kelompok, laporan kepada penyelia, dan prosedur permohonan atau keluhan. Bentuk komunikasi ini biasanya tersendat-sendat dan tersaring. Setiap jenjang pimpinan enggan meneruskan masalah ke atas karea hal itu dapat dipadang sebagai pengakun kegagalan. Para pegawai biasanya cenderung hanya memberitahu atasan tentang hal-hal yang menurut mereka ingin didengar atasan. Jadi, setiap bawahan memiliki alasa untuk memilih, menafsirkan dan berbagai tindakan penyaringan informasi lainnya.
Komunikasi Horisontal
Tersedianya arus komunikasi horisontal sering kali dilupakan dalam sebuah desian organisasi. Komunikasi horisontal sangat penting bagi koordinasi dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian. Komunikasi dari teman sejawat ke teman sejawat sering kali diperlukan untuk mengadakan koordinasi dan dapat juga memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial.
Komuniksasi Diagonal
Jenis komunikasi ini jarang sekali dipergunakan, namun komunikasi diagonal adalah penting dalam penting dalam keadaan dimana para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain. Sebagian mungkin melibatkan tenaga penjualan yang mengirim laporan khusus langsung kepada pengawas keuanganan, dan tidak melewati jalur tradisional dalam departemen pemasaran.
PERANAN KOMUNIKASI INFORMAL
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi
dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi
(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik
dan tepat waktu.
Informasi
yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua
orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu
kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam
organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang
jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi
regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
1. atasan
atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan
pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk
menjalankan perintah banyak bergantung pada:
1. keabsahan
pimpinan dalam penyampaikan perintah
2. kekuatan
pimpinan dalam memberi sanksi
3. kepercayaan
bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi
4. tingkat
kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
2. berkaitan
dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam
mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi
perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan
akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap
organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi
formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter,
buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal
seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
Hambatan – Hambatan Komunikasi
1.
Faktor
hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi, dapat dibagi dalam 3
jenis sebagai berikut:
a.
Hambatan Teknis
Hambatan
jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap
kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan
fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan
baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran
komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.
b.
Hambatan Semantik
Gangguan
semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara
efektif. Definisi semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat
bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap menjadi tidak jelas
bagaimanapun baiknya transmisi.
Hambatan
semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
1.
Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh:
partisipasi menjadi partisisapi.
2.
Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama.
Contoh:
bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki).
3.
Adanya pengertian konotatif
Contoh:
secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki
empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai
binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Untuk
menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta
melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap
kata-kata yangdigunakannya.
c.
Hambatan Manusiawi
Hambatan
jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang
yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.
1.
Ada
beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
1.
Mendengar.
Biasanya
kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada
di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi
yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2.
Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3.
Menilai sumber.
Kita
cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang
memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4.
Persepsi yang berbeda.
Komunikasi
tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan
si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara
pengirim dan penerima pesan.
5.
Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita
sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.
Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi
orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,
setengah jam atau satu jam kemudian.
6.
Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik
kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi
porses komunikasi yang berlangsung.
7.
Pengaruh emosi.
Pada
keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita
atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8.
Gangguan.
Gangguan
ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang
jauh, dan lain sebagainya.
III.
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi
1.
Membuat suatu pesan secara berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan
komunikasi serta komunikan yang akan dituju.
2.
Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi, komunikator harus
berusahadapat membuat komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan
yang disampaikan sehingga penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan
yang berarti.
3.
Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan,
Cara dan waktu penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar
mengahasilkan umpan balik dari komunikan sesuai harapan.
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
Efektivitas merupakan wujud dari
kemampuan untuk mendayagunakan sesuatu secara tepat sesuai dengan standar yang
jelas dan dapat diterima secara universal. Dalam konteks ini efektivitas
menunjukkan taraf mencapai tujuannya secara ideal, tarap efektivitasnya dapat
dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti. Pandangan ini memfokuskan
bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk mencapai suatu tujuan dengan ukuran
yang pasti.
Siagian mengemukakan bahwa efektivitas adalah “pemanfaatan sumber daya, dana,
sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar diterapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu tertentu
tepat pada waktunya”.[1] Hal ini
menunjukkan bahwa efektivitas sebagai suatu kegiatan yang tepat sasaran,
berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan dalam implementasi suatu
kegiatan tertentu.
Untuk mengetahui tingkat efektivitas
sesuatu kegiatan biasanya dilakukan dengan membandingkan antara prestasi saat
ini dengan prestasi yang diperoleh apabila semua sumber daya yang dimilikinya
dikelola secara optimal dan objektif.
Secara teknis pengertian efektivitas
merupakan suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan
kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan.[2] Diakui bahwa
terdapat tiga dimensi yang kritis yang patut dipertimbangkan dalam mengamati
tingkat efektivitas suatu organisasi atau kelompok yaitu: (a) keluaran yang
dihasilkan, (b) kepuasan para anggota, dan (c) pertumbuhan dan pengembangan
staf, baik yang menyangkut keterampilan dan kecerdasan individu maupun yang
terkait dengan proses interaksi yang positif dalam pelaksanaan tugas.
Sehubungan dengan pengertian tersebut terdapat ahli yang menekankan bahwa
organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat menyelesaikan target atau
tujuannya atau menghasilkan sesuatu yang melampaui prestasi organisasi yang
melakukan hal yang sama.[3]
Berdasarkan pengerian tentang
efektivitas seperti diuraikan di atas dapat diidentifikasi bahwa efektivitas
pada umumnya dibicarakan dalam konteks aktivitas manajemen dan kelompok atau
organisasi. Efektivitas selalu mengacu kepada tujuan organisasi dan sekaligus
kepada kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu efektivitas harus diukur
dengan produk dari suatu organisasi yang mencakup jumlah dan mutunya (seberapa
banyak dan seberapa baik), diukur dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi
unsur penggerak maupun unsur konstituen dari organisasi. Efektivitas juga
diukur dengan bagaimana anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya
(kecerdasan dan keterampilan) dalam melakukan tugas-tugas organisasi.
Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas
dari: faktor tujuan, faktor manusia, faktor nilai-nilai dan faktor sistem
organisasi itu sendiri yang dihubungkan dengan kondisi waktu, target,
jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas ternyata bersifat
multidimensional, sehingg strategi yang dipilih untuk meningkatkan efektivitas
tergantung pada kekhususan atau spesifikasi faktor dari permasalahan yang
hendak dipecahkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa sesuatu yang efektif belum
tentu efisien, demikian sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu efektif,
namun perlu ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau aktivitas telah
terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan efisiensinya.
Robbins mengemukakan bahwa untuk
mengukur efektivitas dapat digunakan empat model pendekatan yaitu: (a)
pendekatan pencapaian tujuan (Goal attainmet), (2) pendekatan sistem
yang menekankan stabilitas, (3) pendekatan konstituensi strategis yang
menekankan terpenuhinya tuntutan stakeholder dan (4) pendekatan
nilai-nilai bersaing yang mempertemukan tiga kriteria yaitu human relation
model, open system model dan rational goad model.[4]
Untuk mengetahui tingkat efektivitas
sesuatu kegiatan biasanya dilakukan dengan membandingkan antara prestasi saat
ini dengan prestasi yang diperoleh apabila semua sumber daya yang dimilikinya
dikelola secara optimal dan objektif.
Berdasarkan pengertian tentang
efektivitas seperti diuraikan di atas dapat diidentifikasi bahwa efektivitas
pada umumnya dibicarakan dalam konteks aktivitas manajemen dan kelompok atau
organisasi. Efektivitas selalu mengacu kepada tujuan organisasi dan sekaligus
kepada kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu efektivitas harus diukur
dengan produk dari suatu organisasi yang mencakup jumlah dan mutunya (seberapa
banyak dan seberapa baik), diukur dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi
unsur penggerak maupun unsur konstituen dari organisasi. Efektivitas juga
diukur dengan bagaimana anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya
(kecerdasan dan keterampilan) dalam melakukan tugas-tugas organisasi.
Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas
dari: faktor tujuan, faktor manusia, faktor nilai-nilai dan faktor sistem
organisasi itu sendiri yang dihubungkan dengan kondisi waktu, target,
jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas ternyata bersifat
multidimensional, sehingg strategi yang dipilih untuk meningkatkan efektivitas tergantung
pada kekhususan atau spesifikasi faktor dari permasalahan yang hendak
dipecahkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa sesuatu yang efektif belum tentu
efisien, demikian sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu efektif, namun
perlu ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau aktivitas telah
terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan efisiensinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar